Di era digital yang semakin maju, perlindungan data pribadi menjadi perhatian utama bagi setiap individu yang aktif menggunakan aplikasi, baik untuk keperluan komunikasi, transaksi keuangan, maupun hiburan. Kebocoran data dapat berdampak serius, mulai dari pencurian identitas hingga penyalahgunaan informasi yang berpotensi merugikan secara finansial maupun psikologis, sehingga kesadaran akan pentingnya menjaga keamanan data menjadi suatu keharusan.
Banyaknya kasus pelanggaran privasi yang terjadi akibat lemahnya sistem perlindungan informasi menunjukkan bahwa pengguna tidak hanya bergantung pada kebijakan aplikasi, tetapi juga harus memiliki pemahaman yang baik mengenai bagaimana data mereka dapat terekspos tanpa disadari.
Oleh karena itu, dengan meningkatnya ancaman siber yang semakin kompleks, diperlukan langkah-langkah strategis agar data pribadi tetap aman dan tidak mudah disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Cara Mengamankan Data Pribadi di Aplikasi Agar Tidak Bocor
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengamankan data pribadi di aplikasi agar tidak bocor:
1. Gunakan Kata Sandi yang Kuat dan Unik
Kata sandi yang lemah menjadi salah satu penyebab utama peretasan akun di berbagai aplikasi. Banyak pengguna masih menggunakan kombinasi yang mudah ditebak, seperti tanggal lahir, nama sendiri, atau urutan angka sederhana. Pola seperti itu sangat rentan terhadap serangan brute force, di mana peretas mencoba berbagai kombinasi hingga menemukan yang benar.
Kata sandi yang kuat sebaiknya memiliki panjang minimal delapan karakter dan terdiri dari kombinasi huruf besar, huruf kecil, angka, serta simbol. Semakin kompleks suatu kata sandi, semakin sulit bagi pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menebaknya.
Menggunakan kata sandi yang berbeda untuk setiap akun sangat penting agar tidak terjadi peretasan massal jika salah satu akun mengalami kebocoran. Sering kali, peretas memanfaatkan informasi yang bocor dari satu layanan untuk mencoba mengakses akun lain dengan kata sandi yang sama.
Penggunaan pengelola kata sandi bisa menjadi solusi untuk menyimpan dan mengelola berbagai kombinasi kata sandi dengan aman. Mengganti kata sandi secara berkala juga menjadi langkah tambahan untuk meningkatkan keamanan. Jika suatu layanan mengalami kebocoran data, segera lakukan perubahan kata sandi sebelum informasi tersebut dimanfaatkan oleh pihak lain.
2. Aktifkan Autentikasi Dua Faktor (2FA)
Autentikasi dua faktor (2FA) memberikan lapisan perlindungan tambahan di luar kata sandi. Meskipun kata sandi telah dibuat dengan kombinasi yang kuat, masih ada kemungkinan informasi tersebut dicuri melalui teknik phishing atau peretasan basis data.
Dengan mengaktifkan 2FA, akses ke akun tidak hanya bergantung pada kata sandi, tetapi juga memerlukan kode verifikasi yang dikirim ke perangkat lain, seperti ponsel atau email. Sistem ini membuat akses tidak mungkin dilakukan hanya dengan mengetahui kata sandi saja, karena peretas tetap membutuhkan kode tambahan yang hanya bisa didapatkan oleh pemilik akun.
Beberapa metode 2FA yang umum digunakan meliputi kode OTP yang dikirim melalui SMS, aplikasi autentikator seperti Google Authenticator, atau bahkan perangkat keamanan fisik seperti kunci keamanan USB. Penggunaan aplikasi autentikator lebih disarankan dibandingkan kode OTP berbasis SMS, karena metode berbasis SMS masih bisa diretas melalui serangan SIM swapping.
Aktivasi 2FA di setiap akun yang mendukung fitur ini dapat meningkatkan keamanan secara signifikan. Jika suatu akun memiliki akses penting, seperti keuangan atau data pribadi, mengaktifkan autentikasi dua faktor seharusnya menjadi prioritas utama.
3. Perbarui Aplikasi Secara Berkala
Pengembang aplikasi secara rutin merilis pembaruan yang tidak hanya menambahkan fitur baru, tetapi juga memperbaiki celah keamanan yang ditemukan dari versi sebelumnya. Peretas sering kali mencari kelemahan dalam versi aplikasi yang belum diperbarui untuk mengeksploitasi sistem dan mencuri data pengguna.
Menggunakan aplikasi versi lama berarti tetap terpapar pada celah keamanan yang telah diketahui dan bisa dieksploitasi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, selalu memperbarui aplikasi ke versi terbaru adalah langkah penting dalam menjaga keamanan data.
Mengaktifkan pembaruan otomatis pada perangkat bisa membantu memastikan bahwa aplikasi selalu dalam kondisi terbaru tanpa harus diperbarui secara manual. Beberapa aplikasi juga menyediakan catatan rilis yang menjelaskan perbaikan yang telah dilakukan, sehingga pengguna bisa memahami apa yang berubah dalam pembaruan tersebut.
Tidak hanya aplikasi, sistem operasi perangkat juga harus selalu diperbarui karena sering kali berisi perbaikan keamanan yang penting. Memastikan seluruh perangkat lunak dalam keadaan terbaru dapat mengurangi risiko eksploitasi dan menjaga keamanan data dari ancaman siber.
4. Berhati-hati dalam Memberikan Izin Aplikasi
Banyak aplikasi meminta izin akses ke berbagai data dan fitur perangkat yang sebenarnya tidak selalu diperlukan untuk fungsinya. Misalnya, sebuah aplikasi catatan mungkin meminta akses ke lokasi atau daftar kontak, padahal fitur tersebut tidak berhubungan dengan fungsi utama aplikasi.
Memberikan izin tanpa mempertimbangkan relevansinya dapat meningkatkan risiko kebocoran data, terutama jika aplikasi tersebut memiliki kebijakan privasi yang lemah atau mengandung malware. Sebelum menyetujui permintaan izin, penting untuk membaca dan memahami mengapa aplikasi memerlukannya.
Meninjau kembali izin yang telah diberikan kepada aplikasi dalam pengaturan perangkat dapat membantu mengurangi risiko penyalahgunaan data. Banyak sistem operasi modern menyediakan opsi untuk membatasi izin tertentu atau hanya mengizinkan akses ketika aplikasi sedang digunakan.
Jika suatu aplikasi meminta izin yang tidak relevan atau mencurigakan, sebaiknya pertimbangkan untuk mencari alternatif yang lebih transparan. Menjaga kendali atas izin yang diberikan dapat membantu mencegah data pribadi diekspos tanpa sepengetahuan pengguna.
5. Hindari Menggunakan Wi-Fi Publik Tanpa Perlindungan
Jaringan Wi-Fi publik sering kali tidak memiliki sistem enkripsi yang kuat, sehingga data yang dikirimkan melalui jaringan tersebut dapat dengan mudah disadap oleh pihak yang memiliki niat jahat.
Peretas yang berada dalam jaringan yang sama dapat menggunakan teknik seperti man-in-the-middle (MITM) untuk mencegat lalu lintas data yang dikirimkan oleh pengguna. Jika tidak berhati-hati, informasi sensitif seperti kata sandi, data perbankan, atau pesan pribadi bisa diakses oleh pihak lain tanpa izin.
Menggunakan VPN (Virtual Private Network) adalah salah satu cara untuk meningkatkan keamanan saat terhubung ke Wi-Fi publik. VPN mengenkripsi lalu lintas data sehingga lebih sulit bagi peretas untuk membaca informasi yang dikirimkan. Selain itu, menghindari login ke akun penting atau melakukan transaksi keuangan saat menggunakan jaringan publik juga bisa membantu mengurangi risiko.
Jika memungkinkan, menggunakan koneksi data seluler lebih aman dibandingkan mengandalkan Wi-Fi publik yang tidak terpercaya.
6. Jangan Sembarangan Mengklik Tautan atau Mengunduh File
Serangan phishing sering kali menggunakan tautan palsu yang dirancang untuk menipu pengguna agar memasukkan informasi pribadi ke dalam situs web yang menyerupai layanan resmi. Email atau pesan dari sumber yang tidak dikenal sering kali berisi tautan yang mengarah ke situs web berbahaya yang dapat mencuri kredensial login atau menyebarkan malware. Mengklik tautan tanpa memverifikasi keasliannya dapat berakibat fatal, terutama jika mengarah ke halaman login yang palsu.
Selalu periksa alamat URL sebelum memasukkan informasi pribadi, dan hindari mengunduh file dari sumber yang mencurigakan. Beberapa jenis malware disamarkan sebagai dokumen atau perangkat lunak yang terlihat sah, tetapi sebenarnya mengandung kode berbahaya.
Menggunakan perangkat lunak keamanan yang dapat mendeteksi situs web berbahaya atau file mencurigakan juga bisa menjadi langkah perlindungan tambahan. Menjaga kewaspadaan saat menerima tautan atau file yang tidak dikenal adalah cara efektif untuk menghindari ancaman siber.
7. Cek Kebijakan Privasi Aplikasi
Setiap aplikasi memiliki kebijakan privasi yang menjelaskan bagaimana data pengguna dikumpulkan, disimpan, dan digunakan. Membaca kebijakan ini dapat memberikan gambaran apakah aplikasi tersebut menghargai privasi atau berpotensi menyalahgunakan data yang dikumpulkan.
Beberapa aplikasi mungkin berbagi informasi pengguna dengan pihak ketiga untuk tujuan iklan atau analisis, yang bisa meningkatkan risiko pelacakan dan eksploitasi data pribadi.
Jika suatu aplikasi memiliki kebijakan privasi yang tidak jelas atau tidak transparan mengenai bagaimana data dikelola, sebaiknya cari alternatif lain yang lebih terpercaya.
Beberapa aplikasi juga memberikan opsi kepada pengguna untuk mengontrol sejauh mana data mereka digunakan, seperti menonaktifkan pelacakan iklan atau berbagi data dengan mitra pihak ketiga. Memilih aplikasi yang memiliki kebijakan privasi yang jelas adalah langkah penting dalam menjaga keamanan data pribadi.
8. Hapus Data atau Akun yang Tidak Lagi Digunakan
Akun yang tidak lagi digunakan tetap menyimpan informasi pribadi yang bisa menjadi target peretas. Jika layanan mengalami kebocoran data, akun lama yang tidak pernah diperiksa bisa menjadi celah bagi pihak yang tidak bertanggung jawab. Menghapus akun yang tidak lagi diperlukan dapat mengurangi jumlah data yang beredar di internet dan menutup potensi risiko keamanan.
Selain menghapus akun, data pribadi yang tersimpan di aplikasi juga perlu diperiksa dan dihapus jika tidak lagi diperlukan. Beberapa aplikasi menyimpan riwayat transaksi, pesan, atau dokumen yang berisi informasi sensitif. Membersihkan data secara berkala dari aplikasi yang tidak digunakan adalah langkah tambahan untuk menjaga keamanan informasi pribadi.
Menerapkan langkah-langkah ini dapat membantu menjaga keamanan data pribadi dan mengurangi risiko kebocoran informasi di aplikasi yang digunakan.
Baca Juga : Panduan Memilih Aplikasi Keuangan untuk Mengatur Keuangan Pribadi